Senin, Agustus 11, 2014

‘NYAPRES’ ATAS NAMA ALLAH

Bagi seorang muslim, bertindak atas nama Allah adalah sebuah keharusan. Melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar ditunjukkan dari lafaz bismillahirahmanirahiem yang diucapkan. Setidaknya, 17 kali sehari semalam ayat pertama surat al-Fatihah itu dibaca, yaitu ketika mendirikan shalat. Pun, pada saat memulai pekerjaan, bagi yang terbiasa, Basmalah sudah ‘otomatis’ terucap oleh bibir tanpa harus dipikir-pikir lagi.

Basmalah memang sudah begitu dekat dengan keseharian kita. Tapi pernahkah terpikir bahwa ketika lafaz itu diucapkan, sejatinya kita sedang bertindak sebagai wakil-Nya. Menjalankan program ‘langit’ untuk ‘bumi’. Kita adalah satu-satunya ciptaan yang bersedia dan dipercaya untuk mengemban amanah yang maha dahsyat itu. Ya, kita adalah wakil Allah di muka bumi.

Bayangkan jika kita bertindak sebagai wakil Allah, kita bertindak atas nama-Nya, apa yang akan terjadi, kekuatan seperti apa yang akan lahir, semangat seperti apa yang akan muncul, dan sikap seperti apa yang akan menghiasi pribadi kita? Kadang baru atas nama sesama manusia saja kita sudah begitu semangat. Misalnya bila dikatakan, ‘saya hadir di tempat ini atas nama Bupati atau Gubernur’.

Apakah ketika orang yang mewakili pejabat itu bersikap ‘loyo’? Tidak, dia akan tampil maksimal, semuanya akan ia persiapkan dengan sebaik mungkin, cara bicaranya, cara bersalaman, cara berjalan, cara menyapa, dan sebagainya akan ia buat sepantas mungkin untuk menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mewakili Bupati atau Gubernur.

Itu baru atas nama Gubernur, itu baru atas nama Bupati. Dan kita setiap hari atas nama Allah, Zat yang jauh lebih hebat dari jabatan manusia. Sudahkah kita bersikap dan memantaskan diri bahwa kita adalah manusia yang panas disebut wakil Allah? Mari sama-sama kita renungkan.

Guru saya, Prof. Muhammad Amin Aziz, pernah mengatakan bahwa saat membaca Bismillahirahmanirahiem, seharusnya dijadikan zikir dan ada doa yang dipanjatkan kepada Allah. Dalam istilah beliau adalah zikir hati. Saat bibir mengucap lafaz hati menyampaikan pesan (doa) sesuai makna dari lafaz itu. Bagi Prof. Amin, firman Allah yang menyebutkan bahwa, ‘Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu…’(QS. Al-A’raf [7]: 180), meminta kita untuk berdoa dengan isi pesan dari lafaz zikir tersebut.

Dan bukankah dalam lafaz Basmalah, terkandung asmaa-ul husna? Untuk itulah kita harus meminta saat membaca lafaz itu. Mohon pada Allah agar mencatat ikhtiar kita sebagai ibadah kepada-Nya dan berjanjilah akan meneladani sifat Pengasih dan Penyayang Allah dalam menjalankan ikhtiar tersebut. Sebab dengan cara itu (zikir hati), Basmalah (Atas Nama Allah) akan menunjukkan kedahsyatannya dan menjadi kekuatan kita sebagai wakil Allah, ujar pria yang menulis buku best seller The Power of Al-Fatihah ini.

‘Nyapres’ Atas Nama Allah

Bayangkan, jika pasangan capres yang bertanding di Pilpres 2014 ini meng-atasnama-kan Allah dalam usahanya menjadi orang nomor satu di Republik ini. Dapat dipastikan, mereka akan menjaga setiap perbuatan agar nilai ibadah dari ikhtiar tersebut tidak ternoda. Bukankah sebagaimana ketika puasa atau shalat misalnya, kita sebisa mungkin menghindari hal-hal yang mengurangi nilai pahala dari ibadah tersebut.

Demikian pula saat ‘nyapres’, seorang kandidat harus menjaga sikap agar kualitas ibadah dari niat itu tetap sempurna. Berlaku jujur, siap menang, siap kalah, menjaga harmoni, memberikan teladan yang baik bagi pendukung agar tidak terjadi konflik horizontal merupakan upaya konrket sebagai bukti agar ibadah yang sedang ia ikhtiarkan (nyapres) tidak berkurang atau bahkan hilang kualitas ibadahnya.

‘Nyapres’ atas nama Allah juga berarti melahirkan kesadaran untuk menginternalisasi siafat Allah (asmaa-ul husna) dalam dirinya. Capres hendaknya menempatkan fokus mereka pada upaya untuk mengejawantahkan rahmat Allah di muka bumi dan mengkonsolidasikan ke-bhineka-an yang dimiliki bangsa ini untuk menjadi bangsa yang kuat, bermartabat, adil, juga makmur.

Akhirnya, menang kalah untuk menjadi RI 1 bukanlah segalanya, ia semacam alat dan tujuannya adalah kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Presiden hanyalah jabatan formal untuk menyebut seseorang sebagai pemimpin. Tapi,bukankah tiap-tiap kita adalah pemimpin? Mari memimpin atas nama Allah. Wallahu’alam Bissawab.



#SiapMenangSiapKalah
Salam Powerful!

Julmansyah Putra


Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar