Senin, Agustus 25, 2014

ZIKIR AL-FATIHAH (7)

Shiraathal Ladziina An'amta 'Alaihim. Karuniakanlah aku kemampuan, meneladani perjuangan mereka yang pernah Engkau karuniakan nikmat. Para Nabi-nabi, khususnya Nabi Muhammad saw. yang telah menaklukkan kafir Makkah, membangun masyarakat Manidanh, meletakkan dasar-dasar peradaban manusia. Mengatur strategi perang Badar, Uhud, Khandaq, Hunain, dll. Membangun sumber daya manusia, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, Ali, Abdurrahman bin Auf, dll. Para Mujahid penegak kebenaran-Mu.

Ghairil Maghduubi 'Alaihim. Bukan seperti jalan yang ditempuh oleh orang-orang yang Engkau murkai. Sebagaimana Fir'aun, Qorun, Bal'am dan sebangsanya. Penganjur nafsu materialisme, Yahudiisme, sistem ekonomi ribawi, kapitalisme, dan imperialisme global. Penghisapan sekelompok kecil kapitalis, pada sebagian besar umat manusia, berwujud pada ketimpangan sosial dan global, permusuhan dan ketakutan.

Waladh Dhaaliin. Dan bukan jalan seperti yang ditempuh oleh orang-orang yang sesat. Sebagaimana Abu Jahl, Abu Lahb, dan sebangsanya. Para kafir pembangkang ajaran tauhid-Mu yang meracuni pemikiran manusia dengan sekularisme, atheisme, modernisasi. Penikmatan hawa nafsu sensual, hedonisme, pergaulan free sex. Berwujud pada peruntuhan moral, yang merendahkan nilai-nilai kewanitaan dan kemanusiaan.

(Be Powerful Like Rasulullah)


Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org


Kamis, Agustus 21, 2014

ZIKIR AL-FATIHAH (6)

'Ihdinash-shiraathal Mustaqiim'. Karunikanlah aku hidayah-petunjuk-Mu; ide, ilham, kesempatan setiap saat, kesempatan tidak terhingga, gerak hati manusia, kesehatan, kepiawaian, kecerdasan, ketangkasan, kesabaran, keihklasan, ketawakkalan. Segala sumberdaya yang aku perlukan untuk melaksanakan ikhtiar dan usaha aku ini, sehingga berhasil maksimal, menuju jalan-Mu yang lurus. (The Clear Vision) 



Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org


Rabu, Agustus 20, 2014

ZIKIR AL-FATIHAH (5)

'Iyyaaka Na'budu wa Iyyaka Nasta'ien'. Hanya kepada Engkaulah ya Allah, aku persembahkan segala karya bhakti ini (bekerja), sebagai ibadahku kepada-Mu. Untuk itu, karuniakanlah aku kemampuan, mengartikulasikan, merancang strategi operasional, melaksanakan ikhtiar dan usahaku ini, sehingga berhasil maksimal, dalam sistem takdir-Mu dan sistem iradah-Mu. Karena Engkaulah ya Allah, satu-satunya tempat aku memohon pertolongan. (The Miracle of Doing the Best)


Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org

Selasa, Agustus 19, 2014

ZIKIR AL-FATIHAH (4)

'Maaliki Yawmiddien'. Engkaulah ya Allah yang akhirnya paling menentukan. Karuniakanlah aku kemampuan, membuat keputusan, pada setiap saat, setiap kesempatan, terutama pada saat-saat kritis yang paling menentukan. (The Soul of Leadership)




Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org

Senin, Agustus 18, 2014

ZIKIR AL-FATIHAH (3)

"Arrahmanir-Rahiem". Karuniakanlah aku kemampuan, menyerap sedikit saja sifat-Mu yang Maha Rahman; kemampuan membawa rahmat pada sekalian alam. Dan sifat-Mu yang Maha Rahim; kemampuan mengkonsolidasikan, mengorganisir, dan membangun jaringan ukhuwah seluruh potensi kaum muslimin. (The Message of Communication)





Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org

Jumat, Agustus 15, 2014

ZIKIR AL-FATIHAH (2)

'Alhamdulillahirabbil 'Alamien'. Aku memuji dan bersyukur kepada-Mu ya Allah. Karuniakanlah hamba-Mu kemampuan, mewujukan kehidupan masyarakat yang terpuji, peradaban muslimin yang berkembang dan benderang, penuh dengan keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Untuk itu, karuniakanlah hamba-Mu kemampuan, untuk menggali memobilisasi dan memanfatkan segala potensi, peluang, dan sumber daya yang telah Engkau pendam di seluruh alam ini. (The Secret of Syukur)



Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org

Kamis, Agustus 14, 2014

ZIKIR AL-FATIHAH (1)

"Bismillahirrahmanirrahiem". Atas nama-Mu ya Allah, aku melaksanakan tugas mulia ini (bekerja). Terimalah ia sebagai ibadahku kepada-Mu. Untuk itu, karuniakanlah aku kemampuan, menyerap sedikit saja sifat-Mu yang Maha Rahman; kemampuan membawa rahmat pada sekalian alam. Dan sifat-Mu yang Maha Rahim; kemampuan mengkonsolidasikan, mengorganisir, dan membangun jaringan ukhuwah seluruh potensi kaum muslimin. (The Power of Niat)


Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org

Rabu, Agustus 13, 2014

SALAM SEMUT

Sering saya mendengar nasehat, ‘belajarlah dari semut, mereka saling bertegur sapa mesra setiap kali berjumpa’. Sesama semut, berhenti sejenak, saling mendekatkan kepala, seolah sedang cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri) jika bertemu sahabatnya. Itu adalah ‘ritual’ unik yang sering terjadi saat mahluk kecil ini sedang berpapasan. Indah bukan, jika pada

Selasa, Agustus 12, 2014

MENANG KALAH, BIASA!

Kemenangan berbuah kekalahan, jika tak ‘sanggup’ memaknainya. Pun, kekalahan adalah kemenangan, bila darinya hikmah banyak dipetik. Suhu panas politik Indonesia belakangan ini, terutama detik-detik mengumuman pasangan mana yang melenggang ke Istana, melahirkan kekhawatiran akan ketaksiapan kontestan pemilu untuk menerima kenyataan, kalah atau menang. Akibatnya, Indonesia-lah yang menjadi tumbalnya.

Adalah biasa menang kalah dalam sebuah kompetisi. Menang tak melulu ‘istimewa’. Kalah-pun tak lantas berarti ‘hina’. Sayangnya, dalam anggapan sebagian besar kita, kadang saya di antaranya, bahwa menang adalah harga mati dari sebuah usaha. Sementara kalah harus dihidari, bahkan dibuang jauh dari jalan ikhtiar kita. Kalah, melulu bermakna negatif, jelek, juga hina.

Peritiwa semacam ini tak saja terjadi di panggung politik, yang jelas-jelas ‘berebut’ kuasa. Takut kalah dan ingin selalu menang juga menampilkan wujudnya dalam dunia pendidikan, pergaulan, bahkan urusan agama sekalipun.

Teman saya pernah bercerita bahwa dia ‘dimusuhi’ oleh seorang guru agama. Pasalnya, ia yang notabene masih muda, jauh dibanding usia sang guru dan dia pun terhitung baru tinggal di daerah tersebut, belakangan lebih sering tampil di masyarakat. Kehadiran sahabat saya itu, seolah dianggap menggeser poisi yang biasa diperankan oleh sang guru.

Sikap sang guru yang ‘memusuhi’ orang lain yang tampil sepertinya, seolah menunjukkan ketidaksiapannya untuk kalah. Ia merasa tersaingi dengan hadirnya guru lain. Padahal, tentu tak patut mengguankan rumusan menang kalah dalam melakukan dakwah. Contoh lain adalah kisah ketakukan siswa terhadap kegagalan (kalah) dalam mengikuti UN. Akibatnya, mencontek, bahkan bersedia membeli kunci jawaban menjadi pilihan dari ketidaksiapan pada kekalahan.

Dalam lingkup pergaulan pun tak jauh berbeda. Biasanya, hal negatif yang dilakukan anak muda bermula dari gengsi dan kekhawatiran tidak diakui oleh kelompoknya. Tak dapat pengakuan ini dianggap sebuah kehinaan (kekalahan). Kata-kata ‘ah, ga gaul lu’ adalah momok menakutkan bagi sebagian anak muda sekarang ini. Dapat diterka, bahwa mereka akan melakukan apapun agar diakui, sekalipun itu negatif. Maraknya kasus narkoba, tauran pelajar, dan sebagainya mungkin dapat dijadikan contoh nyatanya.

Apa sesungguhnya arti sebuah kemenangan, apa pula makna dari kekalahan. Seorang guru yang diceritakan oleh sahabat saya tadi merasa kalah darinya. Apakah ia benar-benar kalah? atau itu hanya kegagalan untuk menangkap hikmah dari keberadaan orang lain yang serupa dengannya? Bukankah sang guru sesungguhnya menang, sebab ada generasi muda yang meringankan tugasnya, membantunya untuk berjuang mencerdaskan masyarakat. Pun, kasus murid yang mencontek demi lusus UN dan anak muda yang rela melakukan negatif hanya karena ingin diakui, merupakan kegagapan memaknai kemengangan dan kekalahan, keberhasilan juga kegagalan.

Dalam konteks suhu politik yang semakin memanas. Belajar dari kehidupan, ‘membaca’ semua peristiwa yang terjadi merupakan ikhtiar untuk menjadi bijaksana, memantabkan diri agar pantas disebut pemimpin. Maka penting bagi para petinggi negeri yang hari ini sedang berkompetisi, untuk belajar memaknai kemenangan juga kekalahan. Tanpa itu, kemenagan mungkin tak melahirkan maslahat bagi seluruh masyarakat dan kekalahan akan bermuara pada kehancuran. Tidak hanya bagi orang yang dianggap ‘musuh atau lawan’, tapi bagi dirinya sendiri, bahkan bagi kehidupan umat manusia. Wallahu’alam Bissawab.


#SiapMenangSiapKalah
Salam Powerful!

Julmansyah Putra



Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org

Senin, Agustus 11, 2014

‘NYAPRES’ ATAS NAMA ALLAH

Bagi seorang muslim, bertindak atas nama Allah adalah sebuah keharusan. Melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar ditunjukkan dari lafaz bismillahirahmanirahiem yang diucapkan. Setidaknya, 17 kali sehari semalam ayat pertama surat al-Fatihah itu dibaca, yaitu ketika mendirikan shalat. Pun, pada saat memulai pekerjaan, bagi yang terbiasa, Basmalah sudah ‘otomatis’ terucap oleh bibir tanpa harus dipikir-pikir lagi.

Basmalah memang sudah begitu dekat dengan keseharian kita. Tapi pernahkah terpikir bahwa ketika lafaz itu diucapkan, sejatinya kita sedang bertindak sebagai wakil-Nya. Menjalankan program ‘langit’ untuk ‘bumi’. Kita adalah satu-satunya ciptaan yang bersedia dan dipercaya untuk mengemban amanah yang maha dahsyat itu. Ya, kita adalah wakil Allah di muka bumi.

Bayangkan jika kita bertindak sebagai wakil Allah, kita bertindak atas nama-Nya, apa yang akan terjadi, kekuatan seperti apa yang akan lahir, semangat seperti apa yang akan muncul, dan sikap seperti apa yang akan menghiasi pribadi kita? Kadang baru atas nama sesama manusia saja kita sudah begitu semangat. Misalnya bila dikatakan, ‘saya hadir di tempat ini atas nama Bupati atau Gubernur’.

Apakah ketika orang yang mewakili pejabat itu bersikap ‘loyo’? Tidak, dia akan tampil maksimal, semuanya akan ia persiapkan dengan sebaik mungkin, cara bicaranya, cara bersalaman, cara berjalan, cara menyapa, dan sebagainya akan ia buat sepantas mungkin untuk menunjukkan bahwa ia adalah orang yang mewakili Bupati atau Gubernur.

Itu baru atas nama Gubernur, itu baru atas nama Bupati. Dan kita setiap hari atas nama Allah, Zat yang jauh lebih hebat dari jabatan manusia. Sudahkah kita bersikap dan memantaskan diri bahwa kita adalah manusia yang panas disebut wakil Allah? Mari sama-sama kita renungkan.

Guru saya, Prof. Muhammad Amin Aziz, pernah mengatakan bahwa saat membaca Bismillahirahmanirahiem, seharusnya dijadikan zikir dan ada doa yang dipanjatkan kepada Allah. Dalam istilah beliau adalah zikir hati. Saat bibir mengucap lafaz hati menyampaikan pesan (doa) sesuai makna dari lafaz itu. Bagi Prof. Amin, firman Allah yang menyebutkan bahwa, ‘Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu…’(QS. Al-A’raf [7]: 180), meminta kita untuk berdoa dengan isi pesan dari lafaz zikir tersebut.

Dan bukankah dalam lafaz Basmalah, terkandung asmaa-ul husna? Untuk itulah kita harus meminta saat membaca lafaz itu. Mohon pada Allah agar mencatat ikhtiar kita sebagai ibadah kepada-Nya dan berjanjilah akan meneladani sifat Pengasih dan Penyayang Allah dalam menjalankan ikhtiar tersebut. Sebab dengan cara itu (zikir hati), Basmalah (Atas Nama Allah) akan menunjukkan kedahsyatannya dan menjadi kekuatan kita sebagai wakil Allah, ujar pria yang menulis buku best seller The Power of Al-Fatihah ini.

‘Nyapres’ Atas Nama Allah

Bayangkan, jika pasangan capres yang bertanding di Pilpres 2014 ini meng-atasnama-kan Allah dalam usahanya menjadi orang nomor satu di Republik ini. Dapat dipastikan, mereka akan menjaga setiap perbuatan agar nilai ibadah dari ikhtiar tersebut tidak ternoda. Bukankah sebagaimana ketika puasa atau shalat misalnya, kita sebisa mungkin menghindari hal-hal yang mengurangi nilai pahala dari ibadah tersebut.

Demikian pula saat ‘nyapres’, seorang kandidat harus menjaga sikap agar kualitas ibadah dari niat itu tetap sempurna. Berlaku jujur, siap menang, siap kalah, menjaga harmoni, memberikan teladan yang baik bagi pendukung agar tidak terjadi konflik horizontal merupakan upaya konrket sebagai bukti agar ibadah yang sedang ia ikhtiarkan (nyapres) tidak berkurang atau bahkan hilang kualitas ibadahnya.

‘Nyapres’ atas nama Allah juga berarti melahirkan kesadaran untuk menginternalisasi siafat Allah (asmaa-ul husna) dalam dirinya. Capres hendaknya menempatkan fokus mereka pada upaya untuk mengejawantahkan rahmat Allah di muka bumi dan mengkonsolidasikan ke-bhineka-an yang dimiliki bangsa ini untuk menjadi bangsa yang kuat, bermartabat, adil, juga makmur.

Akhirnya, menang kalah untuk menjadi RI 1 bukanlah segalanya, ia semacam alat dan tujuannya adalah kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Presiden hanyalah jabatan formal untuk menyebut seseorang sebagai pemimpin. Tapi,bukankah tiap-tiap kita adalah pemimpin? Mari memimpin atas nama Allah. Wallahu’alam Bissawab.



#SiapMenangSiapKalah
Salam Powerful!

Julmansyah Putra


Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org