![]() |
LDO mahasiswa ITI, 2013 |
Pernahkah sahabat merasa begitu sebel terhadap hari senin hingga jumat.
Lima hari itu begitu menyiksa, hari-hari itu membuat sahabat terus menggerutu, 'ugh
bete kerja mulu, capek,
males'. Rasanya pengen cepet-cepet sabtu-minggu. Saya pernah merasakan hal tersebut,
bagaimana dengan sahabat? Semoga tidak ya.
Kenapa kira-kira rasa itu sering hinggap pada diri kita? Sebab boleh jadi
pekerjaan yang sekarang atau yang dulu pernah kita jalani hanya sebagai
rutinitas biar dibilang sibuk, keren, beken atau sekedar menghindari gelar ‘pengacara’
alias pengangguran banyak acara, hehe.
Atau bekerja dengan alasan asal dapur bisa ngebul tak peduli pekerjaan-pekerjaan
itu sesuatu yang kita cinta atau tidak. Nah, jika itu yang sahabat alami, boleh
jadi sahabat belum menemukan passion atau belum bekerja pada passion kita yang sesungguhnya.
Apa sih passion itu? Saya juga baru belakangan ini peduli terhadap passion
saya. Saya baru sadar betapa pentingnya passion dalam hidup seseorang. Bermula
ketika saya menemukan sebuah buku yang te o pe be ge te deh, sebuah buku
yang sungguh inspiratif. Buku itu 'mengobok-obok' perasaan saya. (Maaf agak
lebay sedikit, hehe).
Ada rasa Sesal, bahagia, marah, haru, benci, kecewa, macem-macem deh,
campur aduk, tumpang tindih. Dan yang pasti, ada getaran yang lahirkan semangat
baru dalam diri saya untuk menata kembali hidup ini. Semoga tidak terlambat. Mudah-mudahan
semangat ini tidak sesaat. Tolong di-amin-kan dong sahabat. Amin. Oke, makasih
ya, hehe.
Passion itu sesuatu yang jika sahabat lakukan akan merasa happy, enjoy
banget. Bahkan apapun akan sahabat berikan untuk itu, waktu sahabat, bahkan harta
sahabat akan direlakan. Atau ketika sahabat melakukan itu tetap asik, lupa
lelah, sekalipun tidak dibayar. Rasa puas bahagia adalah bayaran yang tak
tergantikan.
Ingat pertama kali punya sepeda baru? Bagaimana rasanya? Saya dulu tidak
sabar menunggu pagi. Meski saya belum ahli atau belum bisa mengendarainya, saya
bertekad untuk sungguh-sungguh belajar, meski kadang jatuh, luka, sakit, tak
begitu saya pedulikan rasanya. Saya sungguh senang dengan sepeda baru saya,
saya sungguh menikmati sesuatu yang saya sukai, saya cintai.
Mungkin kira-kira begitu rasanya ketika kita bekerja pada passion kita. Tak
sebar menunggu esok untuk kembali bekerja, kembali menambah dan mengasah
kemampuan agar menjadi yang terbaik, melahirkan karya-karya terbaik, dan
seterusnya.
Hidup ini sungguh singkat. Sayang jika hanya dihabiskan menggugurkan
kewajiban dan melakoni rutinitas tanpa cinta didalamnya. Kita habiskan hidup
untuk sesuatu yang kita menggerutu karenanya. Sudah gaji kecil, pahala bekerja
yang seharusnya jadi ibadah itu juga tak kita dapatkan. Sial kemana-mana kita,
hehe.
Kita akan tua dan mati, lalu dilupakan setelah itu jika tak ada karya yang
pantas untuk ditinggalkan. Tidak ada alasan orang lain untuk mengenang kita.
Sebab memang kita melakukan sesuatu setengah hati, sehingga kita jauh dari
sebutan expert (ahli). Dan hanya mereka yang ahli lah yang bisa mempersembahkan
sesuatu yang powerful lewat karya bhakti yang dilahirkannya. Dan itulah yang
akan diingat oleh orang lain ketika Allah sudah memanggil kita.
Wow, luar
biasa ya dampak dari passion itu. Dan masing-masing kita punya passion, yuk kita
temukan passion kita, biar hidup makin keren, beken, aduhay, dan tentunya tambah bergairah. Betapa senangnya kita, bekerja sesuai dengan apa yang kita cintai (passion) kemudian dibayar pula. hehe. Allahu Akbar…!
Salam Powerful
Cijantung, 17
Januari 2014
jujulmaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar