Rabu, Juni 18, 2014

WBT OH WBT; SEBUAH PENGAKUAN

Ingat pada ungkapan ‘bagaikan katak dalam tempurung’? Itulah saya sebelum ikut Wanna Be Trainer (WBT), 13-15/6/2014 beberapa hari lalu. Bergabung di WBT sungguh menghentak kesadaran akan siapa saya. Saya seakan ditampar-tampar. Betapa sombongnya saya yang merasa sudah 'ngerti' banyak hal. Fakta berkata sebaliknya, survey membuktikan, betapa kecilnya saya ketika berada di lingkungan yang lebih besar.

Saya patut bersyukur dan bangga bertemu banyak orang dengan keunikan yang beragam. Berjumpa banyak orang berjumpa banyak pengetahuan, mungkin ungkapan ini tepat untuk menggambarkan pengalaman selama WBT di Bogor kemarin.

Gaul di komunitas yang lebih luas tak hanya menambah ilmu, tapi juga menggugah kesadaran akan diri. Sering kali kita, atau saya pribadi merasa paling 'bisa', merasa paling 'keren', sombong pada apa yang saya miliki justru karena saya hanya bergaul pada komunitas terbatas. Mungkin benar kita 'terbaik' di komunitas kita, namun kebenaran itu kadang tak berlaku ketika berada di komunitas yang lebih luas. Ada banyak orang yang ternyata lebih 'keren', 'kece', lebih hebat daripada kita. Saya adalah katak dalam tempurung.

Pengalaman WBT selama tiga hari menyadarkan saya pada tiga hal penting untuk menyingkap kungkungan tempurung yang selama ini mengkerdilkan dan me-nina-bobokkan saya di zona nyaman. saya menyebutnya 3 Ber; Bergaul, Berjanji, dan Beraksi. Apa itu, yuk simak.

Pertama, Bergaul. Semakin banyak kita berada di lingkungan positif dengan ragam orang 'hebat' di dalamnya, maka akan semakin kenal kita dengan diri sendiri. Orang lain akan menjadi cermin bagi kita, untuk melihat siapa diri kita sesungguhnya. Tentu sikap sadar itu akan tumbuh bila kita jujur pada diri sendiri, mengakui kekurangan, dan mensyukuri kelebihan.

Ingat! Tiap manusia 'unik', 'lebih-kurang' adalah bagian dari keunikan itu, tak perlu cemas apalagi putus asa. Itu tidak keren. Itu bukan alumni WBT. Hehe. Bergaul adalah upaya membuka diri. Ibarat gelas kosong yang siap diisi air. Kitapun harus siap menenerima. Sikap terbuka itu yang memungkinkan kita untuk mengetahui siapa kita.

Kedua, Berjanji. Tentu 'tau diri' belumlah cukup untuk semakin bertumbuh dan melepas tempurung diri. Harus ada niat yang membara dalam dada. Berjanji bahwa saya atas nama Tuhan akan melakukan yang terbaik untuk diri, keluarga, dan manusia seluruhnya. Saya berjanji akan menjadi sebaik-baiknya manusia, yang memberi manfaat sebanyak-banyaknya bagi kehidupan.

Tugas mulia untuk mengabdikan diri pada kehidupan rasanya mustahil terwujud tanpa melibatkan Tuhan, tanpa pertolongan-Nya. Ingat! Kita hanya manusia dengan segala keterbatasannya. Sementara Tuhan Maha Segalanya. Maka berjanjilah seraya berdoalah, semoga Tuhan menerangi tiap langkah kita. Lalu rasakan! Adakah gemuruh di dalam dada Anda keinginan yang kuat untuk melakukan sesuatu? Jika getaran itu sudah muncul, maka sekaranglah saatnya untuk beraksi.

Terakhir, hal yang mampu membuka tempurung diri adalah Beraksi. We are what we do, kita adalah apa yang kita kerjakan. Ungkapan itu kiranya tepat untuk menggambarkan betapa pentinya aksi. Kesadaran diri yang lahir dari Bergaul dan niat kuat sebagai buah dari Berjanji yang melibatkan Tuhan belumlah cukup, ia baru berupa potensi. Keduanya adalah energi potensial yang tidak mungkin meng-aktus tanpa energi gerak. Itulah Beraksi. Maka Beraksilah, Beraksilah, Beraksilah!

Dan terimakasih Wanna Be Trainer (WBT), terimakasih Pak Jamil Azzaini dan Tim sudah ‘menjewer’ saya dan menyadarkan ‘oh ternyata saya adalah katak dalam tempurung’. Semoga bebekal tiga Ber; Bergaul, Berjanji, dan Beraksi saya siap memecahkan tempurung itu. Wallahu’alam Bissawab.


Julmansyah Putra

Tidak ada komentar:

Posting Komentar