Menganal Prof. Dr. Ir. Muhammad Amin Aziz adalah titik balik bagi kehidupan
saya. Beliau membantu untuk menemukan kembali diri saya. Banyak ilmu kehidupan
yang saya pelajari dari beliau, baik itu yang diucapkannya langsung pada saya,
atau ditunjukkannya dalam contoh sikap dan perilaku beliau. Untuk urusan kedua
ini, beliau sering menggunakan istilah ‘dakwah bil hal’, menyeru
kebaikan dengan contoh konkret melalui perbuatan.
Saya mengenal Prof. Amin, sekitar tahun 2010 awal. Diajak seorang teman
untuk bergabung di lembaga binaan Prof. Amin, Dai Fiah Qolilah (DFQ), begitu
lembaga itu dikenal. Mulanya, saya hanya berfikir soal bagaimana memiliki
aktivitas setelah lulus kuliah, bekerja dan dapat uang dari apa yang saya
kerjakan. Teman sempat mengatakan bahwa lembaga itu bergerak di bidang
penulisan buku dari ide-ide Prof. Amin.
Ternyata, apa yang saya temukan jauh berbeda dari apa yang saya bayangkan. Bukan
sekedar menulis, tapi ada banyak kegiatan yang terkait dengan pengayaan
pengalaman hidup saya temukan di DFQ. Saya banyak belajar. Selain menulis kami
diajari untuk bisnis, untuk menjadi pembicara, merumuskan modul-modul training,
mengisi pengajian di masjid dekat rumah beliau, bahkan kami sering menjadi imam
dalam shalat lima waktu di masjid itu. Pengalaman yang sungguh luar biasa,
berbeda 100 persen dari hidup saya sebelumnya.
Pengalaman pertama bekerja bersama Prof. Amin, saya sempat kaget, sebab
ketika masuk, saya dan beberapa teman yang waktu itu bersama-sama, kami diminta
menghafalkan zikir al-Fatihah. Beliau menyebutnya, zikir hati. Bagi beliau hati
harus khusyu’ dengan cara menyampaikan pesan dari makna yang terkandung dalam
surat yang disebut ummul qur’an itu, agar darinya lahir kekuatan untuk
menjadi pribadi unggul, tangguh, dan mulia. (Baca: The Power of Al-Fatihah)
Biasanya, setiap pagi, sebelum rapat, kami berkumpul bersama Prof. Amin dan
membaca al-Fatihah berikut menyampaikan pesannya dengan bahasa hati. Walau bagi
saya agak aneh, sebab tak pernah saya jumpai cara kerja seperti ini. Tapi saya
memutuskan untuk menikmatinya. Dan justru dalam upaya menikmati apa yang saya
kerjakan, di situlah saya menemukan banyak hal.
Satu-satu semangat hidup yang sempat hilang mulai lahir kembali. Saya merasa
lebih bahagia, lebih tenang, lebih menghargai diri sendiri, orang lain,
menghargai waktu, berani mengambil keputusan (dan salah satu keputusan terbesar
adalah berani menikah, sesuatu yang belum terpikirkan sebelumnya), saya mulai
menemukan potensi diri, menemukan apa yang menjadi kekuatan saya.
Prof. Amin mengajarkan bahwa apapun yang kita kerjakan adalah ibadah. Untuk
itu dalam setiap zikir yang kita lakukan, selain berdoa, juga ada ikrar untuk
mempersembahkan segala karya bakhti itu hanya untuk Allah, sebagai ibadah kita
kepada-Nya. Maka sebagai wujud bhakti kepada Zat yang Maha Agung, karya-karya
yang kita ikhtiarkan harus merupakan karya yang menghadirkan manfaat buat kepentingan
hajat hidup orang banyak.
Satu hal yang membuat saya begitu merasa menyesal adalah, belum sempat
mengucap terima kasih untuk semua jasa beliau kepada saya. Bersama beliaulah
saya seolah terlahir kembali, diberi Allah melalui Prof. Amin kesempatan untuk hidup
kedua. Bagi saya, Beliau bukan hanya pembimbing di kantor, tapi seorang guru,
orang tua, kakak, sahabat yang selalu ada buat kami.
Pernah suatu kali ketika beliau ingin berangkat berobat ke Singapura,
seperti biasa sebelum berangkat kami berzikir bersama membaca al-Fatihah dengan
pesannya. Dan sebelum berangkat, saya ingin sekali memeluk beliau dan
mengatakan terima kasih Prof, terima kasih Prof, terima kasih Prof. Sayang itu tak
saya lakukan, saya malu, saya sungguh menyesal.
Kini, sosok luar biasa itu sudah Allah panggil menghadap-Nya, Rabu, 23 Juli
2014. Jasamu tak mungkin terlupakan. Semoga Allah mencatat semua itu sebagai
jariyah bagimu. Terima kasih. Selamat jalan Prof. Amin.
[Alloohummaghfir lahu Warhamhu Wa ‘Aafihi Wa'fu ‘ahu]
Julmansyah Putra
(Muridmu)
Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah81
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar