Bagi seorang muslim, bertindak atas nama Allah
adalah sebuah keharusan. Melibatkan Allah dalam setiap ikhtiar ditunjukkan dari
lafaz bismillahirahmanirahiem yang diucapkan. Setidaknya, 17 kali sehari
semalam ayat pertama surat al-Fatihah itu dibaca, yaitu ketika mendirikan
shalat. Pun, pada saat memulai pekerjaan, bagi yang terbiasa, Basmalah sudah
‘otomatis’ terucap oleh bibir tanpa harus dipikir-pikir lagi.
Basmalah memang sudah begitu dekat dengan
keseharian kita. Tapi pernahkah terpikir bahwa ketika lafaz itu diucapkan,
sejatinya kita sedang bertindak sebagai wakil-Nya. Menjalankan program ‘langit’
untuk ‘bumi’. Kita adalah satu-satunya ciptaan yang bersedia dan dipercaya
untuk mengemban amanah yang maha dahsyat itu. Ya, kita adalah wakil Allah di
muka bumi.
Bayangkan jika kita bertindak sebagai wakil Allah,
kita bertindak atas nama-Nya, apa yang akan terjadi, kekuatan seperti apa yang
akan lahir, semangat seperti apa yang akan muncul, dan sikap seperti apa yang
akan menghiasi pribadi kita? Kadang baru atas nama sesama manusia saja kita
sudah begitu semangat. Misalnya bila dikatakan, ‘saya hadir di tempat ini atas
nama Bupati atau Gubernur’.
Apakah ketika orang yang mewakili pejabat itu
bersikap ‘loyo’? Tidak, dia akan tampil maksimal, semuanya akan ia persiapkan
dengan sebaik mungkin, cara bicaranya, cara bersalaman, cara berjalan, cara
menyapa, dan sebagainya akan ia buat sepantas mungkin untuk menunjukkan bahwa
ia adalah orang yang mewakili Bupati atau Gubernur.
Itu baru atas nama Gubernur, itu baru atas nama
Bupati. Dan kita setiap hari atas nama Allah, Zat yang jauh lebih hebat dari
jabatan manusia. Sudahkah kita bersikap dan memantaskan diri bahwa kita adalah
manusia yang panas disebut wakil Allah? Mari sama-sama kita renungkan.
Guru saya, Prof. Muhammad Amin Aziz, pernah mengatakan
bahwa saat membaca Bismillahirahmanirahiem, seharusnya dijadikan zikir
dan ada doa yang dipanjatkan kepada Allah. Dalam istilah beliau adalah zikir
hati. Saat bibir mengucap lafaz hati menyampaikan pesan (doa) sesuai makna dari
lafaz itu. Bagi Prof. Amin, firman Allah yang menyebutkan bahwa, ‘Hanya
milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut
asmaa-ul husna itu…’(QS. Al-A’raf [7]: 180), meminta kita untuk berdoa
dengan isi pesan dari lafaz zikir tersebut.
Dan bukankah dalam lafaz Basmalah, terkandung asmaa-ul
husna? Untuk itulah kita harus meminta saat membaca lafaz itu. Mohon pada
Allah agar mencatat ikhtiar kita sebagai ibadah kepada-Nya dan berjanjilah akan
meneladani sifat Pengasih dan Penyayang Allah dalam menjalankan ikhtiar
tersebut. Sebab dengan cara itu (zikir hati), Basmalah (Atas Nama Allah) akan
menunjukkan kedahsyatannya dan menjadi kekuatan kita sebagai wakil Allah, ujar
pria yang menulis buku best seller The Power of Al-Fatihah ini.
‘Nyapres’ Atas Nama Allah
Bayangkan, jika pasangan capres yang bertanding di
Pilpres 2014 ini meng-atasnama-kan Allah dalam usahanya menjadi orang nomor
satu di Republik ini. Dapat dipastikan, mereka akan menjaga setiap perbuatan
agar nilai ibadah dari ikhtiar tersebut tidak ternoda. Bukankah sebagaimana
ketika puasa atau shalat misalnya, kita sebisa mungkin menghindari hal-hal yang
mengurangi nilai pahala dari ibadah tersebut.
Demikian pula saat ‘nyapres’, seorang
kandidat harus menjaga sikap agar kualitas ibadah dari niat itu tetap sempurna.
Berlaku jujur, siap menang, siap kalah, menjaga harmoni, memberikan teladan
yang baik bagi pendukung agar tidak terjadi konflik horizontal merupakan upaya
konrket sebagai bukti agar ibadah yang sedang ia ikhtiarkan (nyapres) tidak
berkurang atau bahkan hilang kualitas ibadahnya.
‘Nyapres’ atas nama Allah juga berarti melahirkan kesadaran
untuk menginternalisasi siafat Allah (asmaa-ul husna) dalam dirinya. Capres
hendaknya menempatkan fokus mereka pada upaya untuk mengejawantahkan rahmat
Allah di muka bumi dan mengkonsolidasikan ke-bhineka-an yang dimiliki bangsa
ini untuk menjadi bangsa yang kuat, bermartabat, adil, juga makmur.
Akhirnya, menang kalah untuk menjadi RI 1 bukanlah
segalanya, ia semacam alat dan tujuannya adalah kesejahteraan seluruh rakyat
Indonesia. Presiden hanyalah jabatan formal untuk menyebut seseorang sebagai
pemimpin. Tapi,bukankah tiap-tiap kita adalah pemimpin? Mari memimpin atas nama
Allah. Wallahu’alam Bissawab.
#SiapMenangSiapKalah
Salam Powerful!
Julmansyah Putra
Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @julmansyah07
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org
Tidak ada komentar:
Posting Komentar