Pernah dihina? Dilecehkan? Diremehkan? Ya, mungkin hampir kita semua pernah
mengalami, meski dengan cara dan kadarnya yang berbeda. Respon kita pun beragam
atas itu, ada yang termotivasi ada juga yang jatuh tersungkur 'mengiyakan' apa
yang orang lain katakan tentang kita. Kadang kita lupa bahwa kita yang punya
hak untuk membiarkan kita jatuh atau bangun, bukan orang lain.
Saya pernah mengalami hal serupa itu, meski tak sampai tersungkur
karenanya, tapi anggapan remeh orang lain cukup menggangu rasa percaya diri
saya. Akibatnya, seringkali saya tak fokus dan malu untuk mengekspresikan
sesuatu. Rasa takut salah menjadi semacam 'rantai gajah' yang membelenggu kaki
saya.
Apa yang orang lain katakan tentang saya benar-benar membunuh saya. Sampai
hari ini, kadang perlakuan serupa masih sering saya dapatkan. Tapi saya sudah
punya obatnya. Sekarang saya bisa menjawab perlakuan itu dengan mengatakan, 'alhamdulillah,
terimakasih sudah menjadi pupuk kandang untuk saya kawan'. Ya saya
menganggap orang serupa itu sebagai 'pupuk kadang'.
Meminjam
istilah seorang inspirator SuksesMulia, Jamil Azzaini, yang menggambarkan
perlakuan tak menyenangkan dari orang lain layaknya pupuk kandang, bau tapi
mampu menyuburkan tanaman. Dan kita adalah tanaman itu. Pun, perlakuan buruk
orang lain terhadap kita seharusnya dipandang sebagai pil pahit penawar sakit.
Meski pahit, obat itu akan menyembuhkan kita dari derita.
Kang Jalal, seorang pakar komunikasi, mungkin benar ketika menyebutkan
bahwa bukan lingkungan yang merubah diri seseorang, tapi cara kita mempersepsi
lalu merespon lingkungan itulah yang akhirnya membentuk pibadi kita. Seperti
seorang pangeran yang 'diasingkan' di sebuah lingkungan buruk dan kumuh. Pemabuk,
penjudi, pembunuh, dan semua yang berlabel jahat berkumpul di tempat itu.
Namun sang pangeran merespon dengan sangat baik lingkungan dimana ia
sengaja ‘diasingkan’, seraya mengatakan, 'saya terlahir sebagai pangeran,
dan seorang pangeran tak pantas berperilaku buruk'. Meski berada di
lingkungan yang tak kondusif, sang pangeran tetap berpikir positif. Ia mampu
mengalahkan lingkungannya. Ia mampu menjadi kendali atas dirinya.
Bagi saya, bagaimanapun lingkungan juga memberi pengaruh pada proses
bertumbunya kita. Tak semua orang bermental 'sang pangeran'. Maka bergaul dan
menciptakan sebanyak mungkin lingkungan positif menjadi sesuatu yang harus kita
lakukan. Cara ini mungkin ampuh untuk mempersempit ruang gerak para 'pupuk
kandang' yang meski bisa jadi penyubur, tapi menyimpan bahaya laten yang tak
kalah menghancurkan. Wallahu'alam Bissawab
Salam Powerful...!
Julmansyah Putra
Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @jujulmaman
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org
BarakhaAllah...PAWERFUL sekali..!!
BalasHapushehe. tetap semangat bang Hazami. powerful...!
BalasHapus