Selasa, Juli 08, 2014

PUPUK KANDANG

Pernah dihina? Dilecehkan? Diremehkan? Ya, mungkin hampir kita semua pernah mengalami, meski dengan cara dan kadarnya yang berbeda. Respon kita pun beragam atas itu, ada yang termotivasi ada juga yang jatuh tersungkur 'mengiyakan' apa yang orang lain katakan tentang kita. Kadang kita lupa bahwa kita yang punya hak untuk membiarkan kita jatuh atau bangun, bukan orang lain.
Saya pernah mengalami hal serupa itu, meski tak sampai tersungkur karenanya, tapi anggapan remeh orang lain cukup menggangu rasa percaya diri saya. Akibatnya, seringkali saya tak fokus dan malu untuk mengekspresikan sesuatu. Rasa takut salah menjadi semacam 'rantai gajah' yang membelenggu kaki saya.
Apa yang orang lain katakan tentang saya benar-benar membunuh saya. Sampai hari ini, kadang perlakuan serupa masih sering saya dapatkan. Tapi saya sudah punya obatnya. Sekarang saya bisa menjawab perlakuan itu dengan mengatakan, 'alhamdulillah, terimakasih sudah menjadi pupuk kandang untuk saya kawan'. Ya saya menganggap orang serupa itu sebagai 'pupuk kadang'.
Meminjam istilah seorang inspirator SuksesMulia, Jamil Azzaini, yang menggambarkan perlakuan tak menyenangkan dari orang lain layaknya pupuk kandang, bau tapi mampu menyuburkan tanaman. Dan kita adalah tanaman itu. Pun, perlakuan buruk orang lain terhadap kita seharusnya dipandang sebagai pil pahit penawar sakit. Meski pahit, obat itu akan menyembuhkan kita dari derita.
Kang Jalal, seorang pakar komunikasi, mungkin benar ketika menyebutkan bahwa bukan lingkungan yang merubah diri seseorang, tapi cara kita mempersepsi lalu merespon lingkungan itulah yang akhirnya membentuk pibadi kita. Seperti seorang pangeran yang 'diasingkan' di sebuah lingkungan buruk dan kumuh. Pemabuk, penjudi, pembunuh, dan semua yang berlabel jahat berkumpul di tempat itu.
Namun sang pangeran merespon dengan sangat baik lingkungan dimana ia sengaja ‘diasingkan’, seraya mengatakan, 'saya terlahir sebagai pangeran, dan seorang pangeran tak pantas berperilaku buruk'. Meski berada di lingkungan yang tak kondusif, sang pangeran tetap berpikir positif. Ia mampu mengalahkan lingkungannya. Ia mampu menjadi kendali atas dirinya.
Bagi saya, bagaimanapun lingkungan juga memberi pengaruh pada proses bertumbunya kita. Tak semua orang bermental 'sang pangeran'. Maka bergaul dan menciptakan sebanyak mungkin lingkungan positif menjadi sesuatu yang harus kita lakukan. Cara ini mungkin ampuh untuk mempersempit ruang gerak para 'pupuk kandang' yang meski bisa jadi penyubur, tapi menyimpan bahaya laten yang tak kalah menghancurkan. Wallahu'alam Bissawab


Salam Powerful...!

Julmansyah Putra

Ingin berbincang lebih lanjut, silahkan follow twitter saya di @jujulmaman
Sila berkunjung pula ke http://www.dfq-indonesia.org


2 komentar: