Bagian Satu
Adalah sebuah kepastian bahwa ketika mama melahirkan kita penuh dengan
perjuangan bercampur bahagia. Adalah sebuah kenyataan bahwa papa dan mama
mendoakan kita; kaka, ayuk, dan adek, dengan permohonan yang baik, agar kita
menjadi anak yang sholeh dan sholehah, agar kita pantas untuk dibanggakan bagi
mereka.
Harapan papa dan mama bukan sekedar ucapan yang menjadi doa-doa mereka
ketika kita terlahir ke dunia. Munajat itu diwujudkan dalam kegigihan mereka
mengurus dan membesarkan kita. Kita diberi kasih sayang yang sungguh tiada
bandingnya, kita diberi pakaian, diberi pendidikan, kadang diberi apapun yang
kita minta, meski kita tak pernah tau bagaimana mereka mendapatkan uang untuk
sesuatu yang kita inginkan. Kita hanya mau tau bahwa kita minta ini dan itu.
Demi membahagiakan kita, kadang mama dan papa menunda dan bahkan mengubur
keinginan-keinginan pribadi mereka. Mama dan papa mendahulukan apa yang menjadi
keinginan anak-anaknya. Kita sering mengeluh jika saja permintaan kita tidak
terpenuhi, kita sering bilang mama dan papa tidak sayang pada kita, padahal keinginan
mereka sendiripun mereka kesampingkan, hanya untuk memenuhi kebutuhan kita. Dan
kita tak mau tau itu.
Papa dan mama sudah memberikan hidupnya untuk kita, seluruh
hidupnya, ya segalanya. Lalu apakah kita sudah
bersungguh-sungguh berusaha untuk membalas jasa-jasa papa dan mama. Atau malah
sebaliknya? Semoga tidak begitu.
Bagian Dua
Kini kita sudah besar, kaka sudah menikah, ayuk juga sudah menikah, dan
adek jungsu masih menyelesaikan belajarnya. Mama dan papa sudah lebih banyak
berdua-dua saja di rumah, semenjak kita memutuskan untuk pergi merantau
menuntut ilmu ke tempat lain. Kaka pergi ke sebrang, ayuk dan adek ke pusat ibu
kota provinsi.
Kita hanya pulang dan berbagi cerita ketika masa liburan tiba. Momentum itu
mungkin berlangsung sangat singkat, kadang kita tidak menggunakannya secara
maksimal untuk saling mengerti satu sama lain. Kita masih lebih banyak sibuk
dengan urusan kita sendiri, kita kadang tak perduli mama dan papa, bahkan tak
mau tau bagaimana perasaan mereka.
Kita memang bersama saat liburan, tapi sesungguhnya kita tetap
sendiri-sendiri tanpa peduli satu sama lain. Kita cuek, kaka kadang merasa
sangat bersalah, oleh sebab tidak pernah tau kondisi ayuk dan adek, kaka tidak
mau bertanya kesibukan dan apa yang menjadi cita-cita adek-adek kaka ini. Kaka
belum melakukan tugas sebagai seorang kaka. Kaka sedih, kaka mereasa bersalah.
Bagian Tiga
Seharusnya kaka tau kondisi adek-adek kaka. Seharusnya kaka mengajak ayuk
dan adek untuk saling kompak dalam membahagiakan mama dan papa. Kita harus
membahagiakan mama dan papa, sebab cuma itu cara yang paling mungkin bisa kita
lakukan untuk mengganti dan membalas kasih sayang mereka sejak kita kecil.
Atau paling tidak, kita harus buktikan dalam tindakan kita, bahwa kita bisa
menjadi orang yang sukses, bisa menjadi kebanggaan papa dan mama. Bagaimana
caranya, itu yang perlu kita bicarakan bersama, kaka juga belum tau bagaimana
caranya.
Mungkin hanya dengan membuat mereka bahagia, membuat mereka tersenyum,
membuat mereka tidak khawatir tentang kita, mungkin itu cukup. Seperti kaka,
walau sudah menikah dan punya anak, papa dan mama masih saja selalu khawatir
dengan kondisi kaka, walau kadang kekhawatiran itu kita anggap berlebihan. Tapi
kaka belakangan baru juga merasakan, bagaimana mengkhawatirkan anak. Kaka baru
mengerti bagaimana menjadi orang tua. Ternyata kekhawatiran itu sungguh wajar,
hanya kita saja yang belum bisa menyikapi dengan cara yang tepat.
Kesalahpahaman ini yang juga menjadi kegelisahan kaka, mungkin juga ayuk
dan adek juga pernah merasakannya. Pernah kita bilang ‘lebay’ ketika mama atau
papa terlalu khawatir tentang kita? Ya, kita selalu begitu. Kita hanya perlu
merespon dengan cara yang tepat, dengan cara yang tidak memperbesar
kekhawatiran mereka, yang perlu kita lakukan adalah meyakinkan bahwa kita
baik-baik saja dan bertanggung jawab atas apa yang kita lakukan di luar sana.
Kita belum melakukan itu, kita lebih sering marah dan tak mau mendengar mama
dan papa. Pantaskah itu?
Bagian Empat
Kita sadar
bahwa apa yang kita lakukan terhadap mama dan papa itu keliru dan kurang pantas
dilakukan oleh kita sebagai anak-anak mereka. Kaka mengajak ayuk dan adek untuk
berpikir ini, kaka ingin kita bersama-sama membahagiakan mama dan papa.
Jangan biarkan setetes air mata pun jatuh dari pipi-pipi mereka, jangan biarkan
kepala mereka tertunduk malu oleh tindakan-tindakan dan ketidakberhasilan kita,
jangan biarkan mereka mengeluh menjadi orang tua yang gagal mendidik kita,
jangan biarkan senyum mereka hilang oleh karena menghawatirkan keberadaan kita.
Kita adalah anak-anak papa dan mama. Kita harus menjadi kebanggaan mereka…!!!
Cijantung, 30. 10. 13
Jujulmaman
Cijantung, 30. 10. 13
Jujulmaman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar